Yes. 61:10 – 62:3; Mzm. 148; Gal. 4:4-7; Luk. 2:22-40
Pada bacaan Injil Lukas hari ini, pengakuan tentang hakikat Yesus dinyatakan oleh Simeon dan Hana. Simeon dikenal sebagai orang benar dan saleh (Luk. 2:25). Hana, disebutkan seorang nabiah. Hana taat beribadah dan berdoa di Bait Allah serta disebut tidak pernah meninggalkan Bait Allah (Luk. 2:36). Keduanya, sama seperti umat Israel, menantikan kehadiran Mesias. Bahkan kepada Simeon dijanjikan ia tidak akan mati sebelum melihat Mesias dari Tuhan (Luk. 2:26).
Ketika melihat bayi Yesus, keduanya mengimani pengharapan mereka telah terpenuhi. Simeon menyatakan: “sebab mataku telah melihat keselamatan yang datang dari-Mu” (Luk. 2:30). Hana mengucap syukur karena Anak itu dan menyampaikan berita pembebasan untuk Yerusalem (Luk. 2:38).
Ungkapan “mataku” bukan hanya menunjuk pada mata fisik. Mata memang alat yang Tuhan ciptakan untuk melihat. Simeon mungkin memiliki mata fisik yang baik untuk “membaca” seseorang. Akan tetapi sehebat-hebatnya mata manusia mungkin saja salah dalam memaknai atau memahami apa yang dilihat. Dalam diri Simeon, ungkapan “mataku” ini harus diletakkan di bawah kalimat pernyataan Roh Kudus ada di atasnya (Luk. 2:25). Dengan demikian Simeon tak hanya melihat dengan mata fisiknya tetapi juga melihat dengan mata hati yang telah dikuasai oleh Roh Kudus. Artinya, penglihatan itu terkonfirmasi benar. Bukan sekadar karena ia melihat seorang Bayi lucu yang bernama Yesus. Yesus adalah Mesias yang dijanjikan.
Menariknya, semenjak awal janji mesianik itu dinyatakan oleh Simeon tidak hanya ditujukan kepada umat Israel tetapi juga kepada semua bangsa (Luk. 2:31-32). Bahkan secara urutan, sebutan bangsa-bangsa lain diletakkan di depan umat Israel. Artinya, semenjak awal rancangan keselamatan itu memang ditujukan kepada semua bangsa. Bukan karena umat Israel menolak kemesiasan Yesus, lalu keselamatan ditujukan kepada semua bangsa. Tuhan mencintai setiap manusia siapa pun dan berasal dari manapun dia.
Rasa syukur atas kehadiran Mesias yang menyelamatkan membuat Hana menceritakan tentang Anak itu kepada semua orang. Hana sadar, bukan hak dia bersukacita seorang diri.
Ia harus berbagi tentang kasih dan keselamatan yang dikerjakan Sang Mesias.
Refleksi
Marilah kira renungkan lewat saat teduh pribadi atau dengan keluarga :
- Tuhan mencintai Anda. Apakah kesan Anda atas pernyataan ini?
- Sebutkan bukti-bukti cinta Tuhan dalam hidup Anda!
- Hal apa yang akan Anda lakukan untuk menyatakan syukur atas cinta Tuhan?
(Pdt. Addi Soselia Patriabara)