Tuhanlah Gembalaku!

Kis. 4:5-12; Mzm. 23; 1Yoh. 3:16-24; Yoh. 10:11-18

Pengajaran Yesus yang menggambarkan diri-Nya sebagai Gembala yang baik sudah cukup sering dipakai dalam Alkitab. Mazmur 23 adalah contohnya. Menariknya Sang Gembala dalam Mazmur 23 adalah Tuhan. Jika Yesus mengatakan “Akulah Gembala yang baik” (Yoh. 10:11) tentulah menimbulkan persoalan bagi orang Yahudi. Siapa yang berani menyamakan dirinya dengan Tuhan?

Yesus menunjukkan jawabannya melalui tindakan-Nya. Untuk itu Yesus membedakan antara gembala yang baik dengan gembala upahan. Secara ringkas, gembala upahan hanya mencari keuntungan diri sendiri, sedangkan gembala yang baik berfokus pada para domba gembalaannya. Tindakan seorang Gembala yang baik telah dilakukan Yesus!

Yang menarik, pengajaran Yesus itu berada pada konteks luas tentang penyembuhan orang yang buta sejak lahirnya (Yoh. 9). Boleh dikatakan, pengajaran Yesus tentang gembala yang baik ini merupakan lanjutan dari ketidak percayaan orang Farisi dan orang banyak atas mukjizat yang dilakukan Yesus kepada orang yang buta sejak lahirnya. Atas ketidak percayaan itu Yesus mengatakan: “Aku datang ke dalam dunia untuk menghakimi, supaya mereka yang tidak melihat, dapat melihat dan supaya mereka yang dapat melihat, menjadi buta” (Yoh. 9:39). Terhadap mereka yang tidak percaya, secara tegas Yesus mengatakan: “Sekiranya kamu buta, kamu tidak berdosa, tetapi karena kamu berkata: Kami melihat, maka tetaplah dosamu” (Yoh. 9:41). Kalimat itu mengkritisi sikap orang Farisi yang “buta” (dalam arti tidak melihat kebenaran) tapi mengaku “tidak buta” (seolah-olah mengerti bahkan menjadi pemegang mutlak kebenaran). Menurut Yesus, mereka buta mata hatinya.

Boleh kita katakan, pengajaran Yesus ini dituturkan karena kisah dengan topik kebutaan masih berlanjut. Hal terlihat mulai pada Yohanes 10:22-39 yang menunjukkan kalau polemik menjadi meluas sehingga Yesus hendak dilempari batu.

Dengan latar belakang semacam itu, peran domba menjadi penting. Domba yang dapat melihat akan mengenal Sang Gembala. Domba yang dapat melihat akan mengikuti Sang Gembala. Namun, tidak semua domba dapat melihat. Ada juga domba yang buta. Domba seperti apakah kita: domba yang buta atau yang melihat?

Berbagai persoalan dan pemberitaan kadang menjadikan kita domba yang buta! Itu sebabnya kita menjadi domba egois, yang hanya memikirkan dirinya sendiri. Domba yang serakah, hingga menindas domba yang lain. Domba yang mencari jalan sendiri, untuk kemudian tersesat. Dan banyak lagi yang lain. Itu dikarenakan kita tidak mengenal Sang Gembala, Tuhan Yesus Kristus. Semoga mata kita celik, terbuka, dan melihat betapa kebaikan Allah terus terjadi dalam hidup kita.

Marilah Kita Renungkan:

  1. Apakah tindakan Sang Gembala Anda rasakan dalam perjalanan hidup Anda? Berikan contohnya!
  2. Ada domba yang buta dan domba yang celik. Pada golongan mana Anda berada? Berikan alasannya?
  3. Apa yang harus Anda lakukan agar tidak menjadi domba yang buta?

About the Author

You may also like these