Raja Damai Yang Menderita

Raja Damai Yang Menderita

Yesaya 50:4-9; Mazmur 31:10-17; Filipi 2:5-11; Markus 15:1-15

Minggu ini, gereja memasuki minggu pra-paskah terakhir. Minggu pra-paskah ke-6 disebut juga sebagai Minggu Palmarum atau Minggu Sengsara. Pada minggu ini, gereja diajak untuk mengingat serta merayakan Yesus yang masuk ke Yerusalem. Yesus akan menjalani hari-hari terakhir-Nya sebelum salib.

Saat Yesus masuk ke Yerusalem, banyak orang berkumpul di jalan. Dengan daun-daun palem di tangan, mereka pergi menyongsong Yesus yang datang. Kedatangan Yesus disambut dengan seruan “Hosana! Diberkatilah Dia yang datang dalam nama Tuhan, Raja Israel!” Kata “hosana” diambil dari kata Ibrani hosyi’ana atau hosyi’anayah. Arti harafiahnya adalah, “Kami mohon, selamatkanlah.” Kalimat ini dikutip dari Mazmur 118:25-26, yang sering dinyanyikan untuk menyambut para peziarah yang datang ke Yerusalem dan juga digunakan sebagai nyanyian arak-arakan kemenangan menyambut raja dalam perjalanan menuju rumah Tuhan.

Tidak ada yang salah dengan seruan yang diucapkan oleh orang-orang yang menyambut kedatangan Yesus, namun sebut mengenai “Raja Israel” menjadi pemantik bagi para pemimpin Yahudi untuk mengambil tindakan. Di hadapan Pilatus mereka menuduh Yesus telah menyatakan diri-Nya sebagai Mesias yang punya makna Raja Orang Yahudi. Jelas, ini ancaman terhadap kedaulatan Kaisar karena ada orang yang menyatakan diri sebagai raja di wilayah kekuasaan Roma. Ketika Yesus dibawa ke hadapan Pilatus, pertanyaan pertama yang ditanyakan adalah “Engkaukah raja orang Yahudi?” Yesus menjawab Pilatus “Engkau sendiri mengatakannya.”

Memang Yesus adalah Raja orang Yahudi, tetapi bukan dalam pengertian politis seperti yang dipahami oleh Pilatus. Kedatangan-Nya bukanlah untuk mengacau kekuasaan Roma. Kedatangannya sebagai Raja bahkan telah dinubuatkan jauh pada zaman para nabi, salah satunya adalah nabi Zakaria yang mengatakan “Bersorak-soraklah dengan nyaring, hai puteri Sion, bersorak-sorailah, hai puteri Yerusalem! Lihat, rajamu datang kepadamu; ia adil dan jaya. Ia lemah lembut dan mengendarai seekor keledai, seekor keledai beban yang muda.” Kerajaan yang diperkenalkan Yesus adalah seperti yang juga dinubuatkan nabi Zakahria. Yesus datang bukan dengan jalan kekuasaan, kekerasaan, dan peperangan. Yesus datang dengan kedamaian. Ia menghadirkan Kerajaan Allah yang penuh cinta kasih dan damai sejahtera dengan memperjuangkan keadilan, perdamaian, cinta kasih, pertobatan dan pengampunan bagi banyak orang, walaupun jalan yang Ia tempuh adalah jalan derita melalui salib.

About the Author

You may also like these