Manusia adalah homo narrans atau homo narratus: makhluk yang bercerita, makhluk yang belajar dan mengajari dari cerita. Alkitab lahir dalam budaya lisan, di mana bercerita menjadi unsur yang penting, selain berpuisi, bernyanyi, berpantun, berteka-teki, dan lain-lain. Itu sebabnya, cerita mendapat porsi terbesar dalam Alkitab.
Pada kesempatan khotbah pengajaran hari ini, kita akan membaca Lukas 10:38-42 dalam kacamata cerita atau narasi.
Dalam perkembangan ilmu tafsir, dikenal dengan tafsir naratif, yaitu membaca narasi dalam Alkitab dengan keterampilan sebuah membaca. Keterampilan-keterampilan itu antara lain adalah:
- Batas-batas Sebuah Cerita. Perlu diingat, pembagian pasal dan ayat baru belakangan. Itu sebabnya, membaca cerita sebelum dan sesudahnya menjadi penting untuk mengetahui awal dan akhir cerita. Batas-batas itu dapat terlihat dari tokoh, alur, atau topik yang dibahas. Di manakah batas cerita Lukas 10:38-42?
- Alur Cerita. Alur cerita (plot) berarti pengaturan atau penataan peristiwa yang diceritakan. Biasanya dalam alur cerita terdapat sebab akibat (kausalitas) dan urutan waktu (kronologi). Dalam cerita, pembaca berusaha menemukan alur yang biasa tersusun dalam model: situasi awal komplikasi (problem) klimaks solusi situasi akhir. Dengan memakai model ini cobalah temukan alur cerita dalam Lukas 10:38-42!
- Latar Cerita. Latar cerita terkait dengan konteks atau tempat kejadian perkara (TKP). Latar itu bisa berupa tempat, waktu, dan sosial (sosio-budaya-geografis-politis). Perhatikan latar cerita ini, seberapa jauh latar itu mempengaruhi para tokoh dalam cerita tersebut?
- Narator. Narator (si pencerita) tidak disebutkan namun ia hadir dalam cerita, tidak terikat ruang dan waktu, dan menjadi pengendali cerita (dalang). Perhatikan apa yang disampaikan narator dalam Lukas 10:38-42!
- Pembaca. Cerita menjadi “benda mati” ketika selesai dituliskan. Peran pembaca adalah menghidupkan makna cerita. Perlu disadari pembaca memiliki pra-paham dan tujuan dalam membaca sebuah cerita. Itu sebabnya ada banyak pemahaman terhadap sebuah cerita. Pagar yang dapat dibuat adalah: membaca bersama orang lain dalam persekutuan. Dalam gereja, pagar itu bernama pengajaran. Makna apa yang kita dapatkan dari cerita ini?
(Pdt. Addi Soselia Patriabara)