Yer. 31:31-34; Mzm. 51:3-15; Ibr. 5:5-10; Yoh. 12:20-33
Bagi manusia pada umumnya, kemuliaan identik dengan kedudukan yang terhormat, harta yang melimpah, popularitas yang tinggi. Hal itulah yang dikejar manusia. Semua manusia ingin hidup dalam jalan kemuliaan semacam itu. Namun apa yang dimaksud dengan “kemuliaan” menurut Yesus? Kemuliaan menurut Yesus adalah ketaatan kepada Bapa. Karena itulah jalan kemuliaan yang dipilih oleh Yesus justru sebaliknya dengan orang kebanyakan, yaitu jalan penderitaan dan kematian.
Pilihan Yesus itu, sebagaimana dituturkan Yohanes 12:20-33, didahului dengan kisah masuknya Yesus ke Yerusalem. Sambutan banyak orang luar biasa. Mereka melambai-lambaikan daun palem sambil berteriak: “Hosana! Diberkatilah Dia yang datang dalam nama Tuhan” (Yoh. 12:13). Yohanes juga menggambarkan popularitas Yesus sudah mulai mendunia, yang diperlihatkan melalui kehadiran orang Yunani yang ingin bertemu Yesus (Yoh. 3:20). Namun, alih-alih bangga dengan popularitasnya, Yesus justru berkata “Telah tiba saatnya Anak Manusia dimuliakan” (Yoh. 3:23). Apa maksud dimuliakan? Dimuliakan bermakna kematian. Yesus menggambarkan seperti benih gandum yang ditanam di tanah. Dari satu benih yang jatuh masuk ke dalam tanah, membelah diri, merusak diri, baru bisa berkecambah, bertumbuh dan menghasilkan banyak biji gandum lain. Demikianlah pengurbanan Yesus yang menghasilkan buah bagi kehidupan umat manusia.
Jalan kemuliaan yang ditempuh Yesus bukanlah jalan yang mudah. Yohanes menceritakan pergumulan Yesus dengan cara yang berbeda dengan Injil yang lain. Yesus mengatakan “Sekarang jiwaku terguncang…” (Yoh. 12:27). Kata terguncang (Yun: tetaraktai dari kata terasso yang bermakna gelisah, susah, sedih) menegaskan tidak mudahnya jalan kemuliaan yang harus ditempuh Yesus. Yohanes menceritakan pergumulan Yesus dengan memberi gambaran sosok Yesus yang memang merasakan kegentaran menghadapi penderitaan salib yang sudah di depan mata. Namun Yesus tidak menghindari jalan itu. Yesus tahu benar bahwa hanya itulah satu-satunya cara untuk melepaskan manusia dari penderitaan akibat dosa, yakni dengan menanggung penderitaan itu pada pundak-Nya sendiri.
Yesus melakukan itu semua karena kepedulian dan kasih-Nya pada umat manusia. Apa yang dilakukan Yesus sukar dipahami dan dihargai oleh manusia zaman sekarang. Sebagian besar manusia masa kini hidup dalam semangat individualistis sehingga seringkali mengabaikan arti pengurbanan bagi sesama. Semua memilih jalan yang mudah dan nyaman baginya. Yesus justru mengingatkan, jalan kemuliaan kadang harus ditempuh dengan pengurbanan diri. Prosesnya memang tidak mudah, namun hasilnya memberikan dampak positif bagi kehidupan, seperti benih gandum yang jatuh ke tanah.
Marilah kita renungkan:
- Apakah Anda pernah merasakan pertolongan dari orang lain yang begitu berdampak bagi hidup Anda? Ceritakanlah!
- Yesus menggambarkan pengurbanan-Nya seperti benih yang jatuh ke tanah. Dari satu benih dihasilkan banyak buah. Seperti apakah buah yang dihasilkan benih itu?
- Buah apa yang akan Anda tunjukkan sebagai rasa syukur atas pengurbanan Yesus Kristus?