Yes. 51:1-6; Mzm. 138; Rm. 12:1-8; Mat. 16:13-20
Hari ini ibadah di GKI dirayakan secara khusus dalam rangka ulang tahun GKI ke 35. Lho kok baru 35 tahun? Bukankah sudah banyak GKI yang berumur mendekati atau bahkan melewati 100 tahun? GKI memang boleh dikatakan gereja “baru” yang terbentuk hasil penyatuan tiga sinode, yaitu GKI Jabar, GKI Jateng, dan GKI Jatim. Sekalipun namanya sama-sama GKI, ketiganya berbeda. GKI Jabar dan GKI Jatim adalah hasil penginjilan zending Hervoorm, sedangkan GKI Jateng hasil penginjilan zending Gereformeerd. Tradisi bergereja masing-masing dari tiga sinode tidaklah sama. Namun ketika memutuskan bersatu, GKI mau menyatakan bahwa bersatu dalam perbedaan adalah hakikat gereja. Bukankah gereja adalah bagian dari tubuh Kristus? Agaknya inilah salah satu identitas GKI yang perlu terus menerus dibangun.
Kesadaran akan identitas GKI penting. Adalah kenyataan tidak banyak anggota GKI yang dengan segera dapat menjawab pertanyaan apa itu identitas GKI. Padahal penyatuan (boleh dikatakan sampai saat ini satu-satunya di Indonesia, tiga sinode yang telah tumbuh dan besar menjadi satu!) menunjukkan identitas GKI yang menyadari dalam perbedaan kita dipanggil untuk bergandengan tangan berkarya bagi dunia, khususnya Indonesia.
Pertanyaan tentang identitas itulah yang disampaikan Yesus, “siapakah Aku ini?” (Mat. 16:15). Orang yang ikut Yesus tentu mendengar identitas Yesus dari berbagai sumber. Sehingga identitas Yesus beragam: Yohanes Pembaptis, Elia, dan salah satu nabi. Namun, pengenalan Petrus akan Yesus mampu membuatnya menjawab dengan benar, “Engkau adalah Mesias, Anak Allah yang hidup” (Mat. 16:16). Identitas yang benar didapat karena pengenalan melalui berbagai perjumpaan dengan Yesus dan keterlibatan Petrus pada kegiatan-pelayanan yang Yesus lakukan.
Model keterlibatan adalah hal yang penting yang mengenal identitas GKI. Karena itu GKI menyadari betul setiap anggota dipanggil untuk berperan serta terlibat dalam kehidupan bergereja. Karena peran serta anggota jemaat penting, GKI tidak mengenal hirarki dan kultus individu. Semua pelayan sama (disebut kepemimpinan kolektif-kolegial) dan memiliki jangka waktu tertentu (semua pelayan akan berganti pada waktunya).
Pentingnya peran keterlibatan semua anggota jemaat dilontarkan Paulus ketika berbicara tentang persembahan. Paulus memberi nasihat, “… supaya kamu mempersembahkan tubuhmu sebagai persembahan yang hidup, yang kudus dan yang berkenan kepada Allah: itu adalah ibadahmu yang sejati” (Rm. 12:1). Persembahan yang terbaik adalah memberi diri bagi Tuhan di tengah gereja-Nya.
Kini, dalam rangka ulang tahun GKI ke 35 ini kita perlu bertanya, apakah anggota jemaat menyadari dirinya dipanggil untuk berkarya melaksanakan misi Allah melalui gereja-Nya? Apakah anggota jemaat telah terlibat dengan gembira dalam karya misi Allah itu?
(Pdt. Addi S. Patriabara)