Gereja Yang Terus Melangkah Bersama Tuhan

(Kej. 17:1-7, 15-16; Mzm. 22:24-32; Rm. 4:13-25; Mrk. 8:31-38)

Selamat Ulang Tahun!!!

Tepat pada tanggal 23 Februari 2024, GKI Kavling Polri melangkah masuk di usia ke-39 tahun. Dalam psikologi terdapat 3 tahapan usia dewasa, yakni: dewasa muda ada pada rentang 20-40 tahun, dewasa menengah 40-60 tahun dan dewasa lansia 60 tahun ke atas. Usia 39 tahun masih berada pada tahapan usia dewasa muda. Pada usia ini, seseorang cenderung lebih berambisi dalam mengejar hal-hal yang diinginkannya. Namun, perlu diingat bahwa usia 39 dapat juga dikatakan sebagai masa akhir dewasa muda, evaluasi diri dan target-target pencapaian yang lebih realistis akan mewarnai usia ini. Usia 39 juga dapat dimaknai sebagai sebuah masa persiapan memasuki tahapan menengah yang lebih matang agar siap memasuki tahapan dewasa lansia. Proses kematangan ini diwujudkan bila kita terus berjalan ke arah yang tepat.

Sering kali kebingungan mewarnai perjalanan kita dalam menentukan arah yang tepat. Tidak dapat dipungkiri, gereja pun sering mengalami kebingungan dalam menentukan arah. Bersyukur pada Tuhan, tahun ini GKI Kavling Polri telah merumuskan arah perjalanan ke depan dalam sebuah visi dan misi yang dirumuskan, digumulkan, dan didoakan bersama. Sebuah doa dan juga upaya untuk mewujudkan “Gereja Keluarga yang Bertumbuh, Hangat, Peduli, dan Dinamis,” menjadi cara bagai GKI Kavling Polri menentukan arah ke depan. Perlu disadari bahwa perjalanan menjadi gereja seperti yang didoakan dan diupayakan dalam visi dan misi tidaklah mudah, tantangan dan godaan untuk menyerah atau memilih jalan lain akan mewarnai kehidupan gereja.

Sebagai Mesias, Yesus telah menentukan arah perjalanan yang Ia ambil. Itu sebabnya, Ia mengajarkan “bahwa Anak Manusia harus menanggung banyak penderitaan dan ditolak oleh tua-tua, imam-imam kepala dan ahli-ahli Taurat, lalu dibunuh dan bangkit sesudah tiga hari.” Namun, arah perjalanan ini ditolak oleh Petrus dengan menarik Yesus ke samping dan menegor-Nya. Bagi Petrus, gambaran Mesias yang menderita itu tidak mungkin sebab orang-orang Yahudi memiliki pengharapan datangnya Sang Mesia yang akan menjadi pembebas. Apalagi, para murid telah melihat langsung bagaimana Yesus memiliki kuasa Ilahi yang membuat pengharapan mereka semakin kuat bahwa Yesus adalah Mesias yang selama ini dinantikan.

Menurut seorang penafsir bernama Barclay, reaksi Petrus merupakan pencobaan yang menyerang Yesus. Iblis menggunakan kesempatan melalui perkataan Petrus agar jalan penderitaan menuju keselamatan manusia tidak terlaksana. Sehingga kehendak iblislah yang terlaksana dan bukan kehendak Allah. Namun pandangan ini ditolak oleh Yesus dengan mengatakan “enyahlah iblis.”

Jalan yang mengarah kepada penderitaanlah yang membawa keselamatan bagi manusia. Penderitaan yang dialami oleh Yesus menjadi cara-Nya untuk menebus manusia dari kuasa dosa dan juga menjadi cara bagi Yesus mengajar para pengikut-Nya untuk merendahkan diri serta tunduk pada kehendak dan rencana Allah.

Refleksi:

  • Hal apa sajakah yang menjadi bukti bahwa kita terus melangkah bersama Tuhan?
  • Sebagai bagian dari gereja (anggota jemaat atau simpatisan), peran apakah yang dapat saya lakukan dalam rangka mewujudkan gereja yang terus melangkah bersama Tuhan?

(Pdt. Windyarti Anggelina)

About the Author

You may also like these