BIDANG KESAKSIAN DAN PELAYANAN

 

  1. KESAKSIAN DAN PELAYANAN

Gereja dipanggil untuk bersaksi dan menjadi saksi, ini adalah dua frase kata yang tidak dapat dipisahkan. Artinya gereja tidak hanya dipanggil untuk menyatakan dengan kata namun juga dengan perbuatan (baca: pelayanan)

Gereja dipanggil memberi kesaksian secara aktif, bukan hanya gereja sebagai organisasi namun gereja sebagai individu yang telah dipanggil keluar dari kegelapan menuju terang. Gereja perlu mempersaksikan terang itu dan menjadi terang itu, sehingga kesaksian menjadi bukti dari integritas kita sebagai anak-anak Allah yang bukan berasal dari dunia tapi berasal dari Allah.

GKI KP, di tengah persekutuan Gereja Kristen Indonesia, dinilai sebagai gereja yang sangat aktif dalam bidang kesaksian. Kini, bagaimana mengembangkannya? Tentu pengembangan tetap perlu dilakukan bukan? Agar kesaksian dapat dilakukan secara terus menerus, dengan melibatkan lebih banyak lagi jemaat Tuhan di Kavling Polri dan bukan hanya kesaksian yang dilakukan melalui POKJA atau Penatua Bidang Kesaksian dan Pelayanan.

 

3 tantangan bidang Kesaksian Pelayanan untuk dapat memberikan pelayanan dan kesaksian yang Teologis dan Alkitabiah adalah:

 

keSAKSIan dan PELAYANan didasarkan atas perintah Kristus sendiri dalam Kisah Para Rasul 1:8. Tetapi kamu akan menerima kuasa , kalau Roh Kudus turun ke atas kamu, dan kamu akan menjadi saksi-Ku di Yerusalem dan di seluruh Yudea dan Samaria dan sampai ke ujung bumi.

Dan

Matius 20:26 Tidaklah demikian di antara kamu. Barangsiapa ingin menjadi besar di antara kamu, hendaklah ia menjadi pelayanmu,

 

  1. a) Menjadi saksi yang seperti apa?

Saksi disini memiliki arti yang sangat kompleks. Saksi (Yunani: mou) memiliki arti tidak dapat diwakilkan karena seorang saksi adalah seseorang yang menyaksikan, mengalami secara langsung namun kesediaan untuk bersentuhan secara langsung dengan mereka yang terluka, terbeban, tersisih, untuk menyatakan kasih dan kepedulian Allah. Bersentuhan secara langsung untuk menjadi media (baca: alat) Allah bagi sesama.

 

  1. b) Menjadi Pelayan seperti apa?

Pelayan dalam Matius 20:26 memiliki arti yang jauh dari hanya sekedar memenuhi kebutuhan orang lain. (Yun: Diakonos) memiliki arti seseorang yang memberikan perubahan kepada yang dilayaninya, sekaligus menjadi seseorang yang taat kepada Tuan yang mengutusnya untuk jadi pelayan.

Hal yang unik dalam kata ini adalah diakonos biasa digunakan untuk menyebut pelayan rumah makan. Seorang pelayan rumah makan biasanya akan melayani tamu yang datang dan mencatat pesanan serta mengantarkan pesanan itu bila pesanan tersebut telah selesai dimasak. Namun menjadi pelayan disini dilihat dari sisi yang sangat berbeda. Tuan dari pelayan itu Tuhan, Dialah yang memasak makanan, dan seorang pelayan disini memberi tamu makanan yang dihidangkan oleh Tuhan yang memasak. Pelayan ada bukan untuk memuaskan kehendak tamu, tapi memberi apa yang tamu butuhkan menurut pandangan sang MASTERCHEF.

Keunikan ini memperjumpakan kita dengan tantangan yang sesungguhnya dalam pelayanan, menyenangkan manusia? Jemaat? Atau menyenangkan Tuhan. Ini adalah tantangan terbesar yang dihadapi gereja manapun.

 

  1. c) Apa dampaknya?

Dampaknya adalah gereja perlu sangat berhati hati memberikan baik itu pelayanan, kesaksian, dalam rupa-rupa kata dan laku. Gereja harus menjadi kritis dan namun penuh belas kasih kepada sesama manusia yang dilayani. Agar gereja dapat memberikan baik itu pelayanan maupun kesaksian dalam kerangka berpikir Allah sendiri dan bukan manusia, menyenangkan Allah dan bukan menyenangkan manusia, memberi yang dibutuhkan menurut pandangan Allah dan bukan pandangan manusia.