Bersaksi Di Tengah Penderitaan

(Yer. 20:7-13; Mzm. 69:8-19; Rom. 6:1-11; Mat. 10:24-39)

Berbicara mengenai penderitaan, maka pertanyaan pertama adalah siapa yang tidak pernah menderita? Saya rasa orang paling kaya di dunia ini juga pernah menderita itu sebabnya uang bukanlah jawaban atas penderitaan kita. Bahkan, penderitaan tidak hanya dialami oleh orang dewasa, anak-anak pun dapat mengalami penderitaan. Itu sebabnya, penderitaan menjadi miliki semua orang, semua orang merasakan penderitaan dengan jenis dan bobot yang berbeda.

Bacaan leksionari hari ini pun secara konsisten berbicara mengenai penderitaan, bahkan kesengsaraan yang dialami oleh semua orang, tanpa terkecuali. Mulai dari para nabi, murid-murid Yesus, jemaat mula-mula, bahkan juga setiap kita di masa kini. Dalam
bacaan Injil, kita dapat melihat bahwa Yesus mempersiapkan para murid menjalani tugas perutusannya tidak dengan janji yang palsu. Ia mempersiapkan para murid untuk menghadapi tantangan dan penderitaan yang tidak mudah. Sama seperti Yesus yang
memiliki musuh, para murid pun perlu siap memiliki musah. Di tengah tantangan, penolakan, bahkan penderitaan yang akan mereka alami, Tuhan memberi pesan kepada mereka agar tidak menjadi takut. Kata “jangan takut” disebutkan tiga kali.

Pengulangan ini tentu bukan tanpa arti. Pengulangan ini ingin memberi penegasan kepada para murid, agar mereka tidak takut menghadapi para musuh. Sikap takut menghadapi para musuh hanya akan membuat para murid menjadi mundur dan tidak mau lagi melakukan tugas perutusannya. Para murid tetap dipanggil untuk bersaksi bahkan di tengah segala macam
penderitaan.

Penderitaan yang ada sering kali menjadi alasan untuk mengundurkan diri dari tugas perututan yang Allah percayakan. Yeremia mengalami penderitaan dalam tugas perutusannya sebagai nabi. Ia diolok, diejek, dan dicemooh. Penderitaan ini didapatkan
karena Yeremia menyampaikan pesan Allah. Yeremia pun merasa tidak sanggup dalam melakukan tugas perutusan ini, namun ia merasakan ada api yang menyala-nyala dalam dirinya. Penyertaan dan kekuatan dari Allah datang untuk menguatkan Yeremia melakukan tugas perutusannya ini. Seperti Allah tidak membiarkan Yeremia begitu saja, maka para murid pun tidak akan dibiarkan oleh Allah. Bahwa Allah akan menyertai seperti pahlawan yang gagah. Penyertaan Allah kepada Yeremia mengingatkan kita bahwa perjalanan kehidupan ini tentu tidaklah mudah, tetapi Ia selalu hadir bagai pahlawan yang gagah dan
tidak akan meninggalkan kita.


(Dirangkum dari Dian Penuntun edisi 36)

About the Author

You may also like these